DEBUS
Di Indonesia terdapat berbagai macam suku dengan budayanya
masing-masing. Sebagai warga Indonesia, sudah sepatutnya kita mengetahui dan
melestarikan budaya di Indonesia. Untuk apa kita marah jika ada Negara lain
yang hendak mengambil kebudayaan kita, jika kita sendiri tidak ada keinginan
untuk melestarikannya. Jangankan untuk melestarikannya, mengenal saja kadang
kita malu. Budaya Indonesia sekarang sudah banyak tersisihkan oleh budaya
asing. Oleh karena itu, mari kita mulai mengenal budaya kita sendiri.
Salah satu budaya yang unik dari sekian banyak budaya di
Indonesia adalah Kesenian Debus. Debus merupakan kesenian bela diri dari Banten
yang mempertunjukan kemampuan manusia yang luar biasa, misalnya kebal senjata
tajam, kebal air keras dan lain- lain. Debus lebih dikenal sebagai kesenian
asli masyarakat Banten, yang mungkin berkembang sejak abad ke-18. Menurut
sebagian banyak sumber sejarah, kesenian debus Banten bermula pada abad 16 masa
pemerintahan Sultan Maulana Hasanuddin (1532-1570). Debus mulai dikenal pada
masyarakat Banten sebagai salah satu cara penyebaran agama Islam. Namun ada
juga yang menyebutkan Debus berasal dari daerah Timur Tengah bernama Al-Madad
yang diperkenalkan ke daerah Banten ini sebagai salah satu cara penyebaran
Islam pada waktu itu. Yang lainnya menyebutkan bahwa debus berasal dari tarekat
Rifa’iyah Nuruddin al-Raniri yang masuk ke Banten oleh para pengawal Cut Nyak
Dien (1848—1908).
Debus dalam bahasa Arab berarti tongkat besi dengan ujung
runcing. Bagi sebagian masyarakat awam kesenian Debus memang terbilang sangat
ektrim. Pada masa sekarang Debus sebagai seni beladiri banyak
dipertontonkan untuk acara kebudayaan,
upacara adat ataupun hiburan. Pada masa Sultan Ageng Tirtayasa (1651—1692 M)
Debus menjadi sebuah alat untuk memompa semangat juang rakyat banten melawan
penjajah Belanda.
Belakangan ini, Kesenian Debus merupakan kombinasi antara
seni tari, suara serta seni yang menyangkut kekhusyuan batin dengan nuansa
magis. Karena merupakan alat penyebaran agama Islam, pada zaman dulu kesenian
ini dimulai dengan lantunan sholawat dan puji-pujian kepada Nabi Muhammad SAW.
Kesenian Debus yang sering
dipertontonkan di antaranya:
- ·
Menusuk perut dengan tombak atau senjata tajam
lainnya tanpa terluka.
- ·
Mengiris bagian anggota tubuh dengan pisau atau
golok.
- ·
Memakan api.
- ·
Menusukkan jarum kawat ke lidah, kulit pipi atau
anggota tubuh lainnya hingga tebus tanpa mengeluarkan darah.
- ·
Mengiris anggota tubuh hingga terluka dan
mengeluarkan darah namun dapat disembuhkan seketika dengan hanya mengusapnya
saja.
- ·
Menyiram tubuh dengan air keras hingga pakaian
yang dikenakan hancur lumat namun kulit tetap utuh.
- ·
Menggoreng telur di atas kepala.
- ·
Membakar tubuh dengan api.
- ·
Menaiki atau menduduki susunan golok tajam.
- ·
Bergulingan di atas serpihan kaca atau beling.
Tokoh Debus modern saat ini adalah Tubagus Barce Banten atau
Abah Barce, kabarnya beliau selalu menjadi penasihat spritual untuk tokoh-tokoh
politik terkenal dan dapat menyembuhkan
berbagai macam penyakit yang tidak dapat disembuhkan dunia kedokteran. Beliau
juga sangat berperan memperkenalkan kesenian Debus hingga ke mancanegara
seperti Australia, Jepang, Amerika Serikat, Jerman, Malaysia, Belanda dan
Spanyol.
Menurut pria yang mendapat gelar doktor kehormatan dari Universitas
Amsterdam Belanda pada tahun 1985 ini, Debus tidak ada kaitannya sama sekali
dengan ilmu sihir atau magis karena hal itu merupakan perbuatan Syirik
(menyeketukan Allah) dan beliau menegaskan bahwa Debus digunakan pada zaman
dahulu untuk melawan kolonial Belanda.
Terlepas dari itu semua, kesenian Debus memang sangat berpotensi
untuk mengangkat industri pariwisata Banten dimata nasional dan dunia. Atraksi
kesenian ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para turis dan wisatawan lokal.
Sumber :
- https://id.wikipedia.org/wiki/Debus
- http://setiayudha.weebly.com/seni-debus.html
- google.com